首页> 外文OA文献 >Adaptasi Budaya dan Harmoni Sosial ( Kasus Adaptasi Budaya Ikatan Mahasiswa Berbasis Etnisitas di YOGYAKARTA )
【2h】

Adaptasi Budaya dan Harmoni Sosial ( Kasus Adaptasi Budaya Ikatan Mahasiswa Berbasis Etnisitas di YOGYAKARTA )

机译:文化适应与社会和谐(日惹以族裔为基础的学生适应案例)

摘要

Adaptasi Budaya dan Harmoni Sosial( Kasus Adaptasi Budaya Ikatan Mahasiswa Berbasis Etnisitas di Yogyakarta )AbstrakMahasiswa perantauan merupakan pendatang di sebuah daerah dengan latar belakang budaya yangberbeda dari daerah asalnya. Saat berada di daerah baru, biasanya mahasiswa perantauan akan bergabungdalam sebuah ikatan mahasiswa berbasis etnisitas. Ikatan mahasiswa berbasis etnisitas ini bertujuan untukmenyatukan mahasiswa perantauan. Namun, ikatan mahasiswa berbasis etnisitas ini terkesan eksklusif,tertutup dan tidak mau berinteraksi dengan budaya di luar ikatan mahasiswa berbasis etnisitas. Kesaneksklusif dan tertutup rentan terhadap konflik dengan host culture. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui cara beradaptasi mahasiswa perantauan yang tergabung dalam ikatan mahasiswa berbasisetnisitas, kendala yang dihadapi mahasiswa perantauan selama beradaptasi dan memahami penerimaanhost culture terhadap budaya minoritas mahasiswa perantauan. Upaya menjawab permasalahan dan tujuanpenelitian dilakukan dengan paradigma interpretif dengan menggunakan metode analisis fenomenologi.Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anxiety/Uncertainty Management Theory (Gudykunst,William : 2005 ), Interaction Adaption Theory ( Gudykunst, William : 2005 ). Subjek penelitian adalahenam mahasiswa perantauan yang tergabung dalam tiga ikatan mahasiswa berbasis etnisitas serta tigaorang host culture yang berstatus mahasiswa. Sedangkan lokasi penelitian ini berada di Yogyakarta.Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa perantauan harus beradaptasi dengan budaya di Yogyakarta,seperti bahasa, adat istiadat dan cita rasa makanan. Mahasiswa perantauan akan menggunakan tigastrategi untuk beradaptasi dengan bahasa, yaitu strategi aktif, pasif dan interaktif. Sedangkan untukberadaptasi dengan adat istadat di Yogyakarta, mahasiswa perantauan mempelajari saat berinteraksidengan host culture. sedangkan untuk beradaptasi dengan cita rasa makanan, mahasiswa perantauancenderung untuk memilih makanan yang cocok dengan selera mereka. Meskipun mereka tergabung dalamikatan mahasiswa berbasis etnisitas, mereka dapat menjalin hubungan baik dengan host culture. Haltersebut dapat dilihat dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan mahasiswa perantauan bersama hostculture. Di sisi lain, host culture masih memiliki persepsi negatif terhadap mahasiswa perantauan.Meskipun begitu, host culture dapat menerima keberadaan mahasiswa perantauan selama mereka dapatmenjaga hubungan baik dengan masyarakat Yogyakarta. Ketika mahasisa perantauan dan host culturesaling beradaptasi, pada akhirnya mereka memiliki kompetensi komunikasi. Adanya sikap mindful antaramahasiswa perantauan,penerimaan host culture serta kompetensi komunikasi antara keduanya dapatmenciptakan harmoni sosial di tengah – tengah keberagaman budaya yang ada. Implikasi akademis yangdapat menambah pengetahuan mengenai proses interaksi antarbudaya terutama Anxiety / UncertaintyManagement Theory dari Gudykunst. Cakupan teoritis mengenai komunikasi antarbudaya yang mindfulperlu diperluas dengan memasukkan faktor tingkat pendidikan yang bisa mempengaruhi terciptanyasituasi komunikasi yang mindful.Kata kunci : adaptasi budaya, etnisitas, harmoni sosialCulture Adaptation and Social Harmony( The Adaptation Culture Case of Student BondsBased On Ethnicity in Yogyakarta )AbstractMigrant students are newcomer in a region with different culture background of their region original.When the migrant student in a new region, they join in a student bonds based on ethnicity. The aim of thisstudent bonds based on ethnicity is bringing them together. However, the student bonds based onethnicity is exclusive, enclosed impressed and do not want to interact with the culture outside the studentbonds based on ethnicity. This exclusive and enclosed impressed is conflict vulnerable with host culture.The goals of this research are understand how the migrant student who joined in student bonds based onethnicity can be adapted, obstacles when migrant student are adapted and understand the acceptance ofhost culture to migrant students\u27 minority culture. Attempting to answer the issue and the goals byinterpretive paradigm and using phenomenological analysis method. The theories in this research areAnxiety/Uncertainty Management Theory (Gudykunst, William : 2005 ), Interaction Adaption Theory (Gudykunst, William : 2005 ). The subject of this research are six migrant students who joined in studentbonds based on ethnicity and three student of host culture. This research\u27s location in Yogyakarta.The outcome of this research shows the migrant student must be adapted with culture in Yogyakarta, suchas language, custom and the taste of food. The migrant students will use three strategies to languageadapted, such as active, passive and interactive strategy. While adapted with the custom is learning whenthe migrant student interact with host culture. while adapted with the taste of food, the migrant studentstend to choose the food which suited to their taste. While the migrant student joined in student bondsbased on ethnicity, they can have a good relation with host culture. This can be seen from the activitieswhich done by migrant students with host culture. In the other hand, host culture still having a negativeperception toward the migrant students. Nevertheless the host culture can accept the existence of migrantstudent during they keep the good relation with the people of Yogyakarta. When the migrant student andhost culture having an adaptation with each other, they have a communication competence. A mindfulattitude from migrant student, acceptance from host culture and communication competence betweenmigrant student and host culture can create social harmony in the diversity of culture. Academicimplication which can increase the knowledge about the process of intercultural interaction especiallyAnxiety / Uncertainty Management Theory from Gudykunst. Theoretical coverage of the mindfulintercultural communication needs to be expanded to include education level factors that can affect thecreation of mindful communication situations.Key word: culture adaptation, ethnicity, social harmonyAdaptasi Budaya dan Harmoni Sosial ( Kasus Adaptasi Budaya IkatanMahasiswa Berbasis Etnisitas di Yogyakarta )SkripsiDisusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama : Fitria Purnama SariNIM : D2C 009 067JURUSAN ILMU KOMUNIKASIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS DIPONEGORO2013PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangSebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di daerah dengan latar budaya baru, yang kemudianakan disebut sebagai mahasiswa perantauan, mereka akan merasa asing ketika berada di daerahtersebut, terutama daerah yang memiliki latar budaya yang berbeda dari daerah asalnya.Kehadiran mereka pun sangat mudah dikenali, misalnya saja dari bahasa dan logat yangdigunakan berbeda dengan host culture.Sebagai mahasiswa perantauan, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan barumereka. Bentuk adaptasi para mahasiswa perantauan dengan host culture dapat berupa adaptasidengan bahasa, adat istiadat, norma, kepercayaan bahkan makanan. Bagaimana paramahasiswa perantauan ini dapat beradaptasi sangat mempengaruhi hubungan dengan hostculture kedepannya.Mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta atau mahasiswa perantauan ini biasanyaakan membentuk satu paguyuban berdasarkan kesamaan latar budaya atau yang biasa disebutdengan ikatan mahasiswa. Ikatan mahasiswa berbasis etnisitas ini bertujuan untukmempersatukan mereka selama mereka berada di Yogyakarta.Hal itulah yang memberikan kesan ekslusif yang seolah – olah paguyuban seperti ikatanmahasiswa berbasis etnis ini “ berbeda “ dengan budaya host culture dan tidak mauberinteraksi dengan budaya di luar paguyuban. Tidak mau berinteraksi dengan budaya di luarpaguyuban memiliki arti yaitu budaya yang ada dalam ikatan mahasiswa berbasis etnisitastersebut tidak bisa melebur menjadi satu dengan budaya sekitar yang berbeda sehingga tidakdapat menghargai perbedaan antara satu budaya dengan budaya lain. Selain itu, ikatanmahasiswa berbasis etnisitas ini dapat menimbulkan solidaritas sempit antar anggotanya.Hal itu juga berbeda dengan semboyan bangsa Indonesia “ Bhinneka Tunggal Ika “ yangmemiliki arti “ Berbeda – beda tetapi tetap Satu Jua “. Berbeda – beda disini merujuk padakebudayaan bangsa Indonesia yang beragam namun tetap harmonis demi terciptanya persatuandan kesatuan bangsa. Harmoni sosial dapat tercipta apabila budaya yang beragam tersebut dapatmelebur menjadi satu dan kelompok antar etnis yang mengusung setiap budaya dapat salingmenghargai tanpa ada pengkotak – kotakan budaya.1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimanakah cara beradaptasi mahasiswa yang tergabung dalam ikatan mahasiswaberbasis etnisitas dengan host culture?2. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh mahasiswa yang tergabung dalam ikatanmahasiswa berbasis etnisitas selama beradaptasi dengan host culture?3. Bagaimanakah penerimaan host culture dengan budaya minoritas, dalam hal iniadalah budaya dari ikatan mahasiswa berbasis etnisitas?1.3 Tujuan PenelitianDari penjelasan – penjelasan di atas peneliti di sini berusaha untuk:1. Memahami cara beradaptasi mahasiswa yang tergabung dalam ikatan mahasiswaberbasis etnisitas dengan host culture.2. Memahami kendala yang dihadapi oleh mahasiswa yang tergabung dalam ikatanmahasiswa berbasis etnisitas selama beradaptasi dengan host culture.3. Memahami penerimaan host culture dengan budaya minoritas, dalam hal ini adalahbudaya dari ikatan mahasiswa berbasis etnisitas.1.4 Signifikansi Penelitian1.4.1 Kegunaan TeoritisPenelitian ini secara teoritis atau akademis diharapkan dapat memberikan kontribusiterhadap intercultural adaptation saat ini dalam melihat fenomena antara paguyuban sepertiikatan mahasiswa berbasis etnisitas khususnya etnis luar Jawa di Yogyakarta dalam konteksadaptasi dengan host culture.1.4.2 Kegunaan PraktisSecara praktis penelitian ini diharapkan paguyuban – paguyuban seperti ikatanmahasiswa berbasis etnisitas khususnya etnis luar Jawa di Yogyakarta dapat menciptakanharmoni sosial mengingat Indonesia memiliki keberagaman budaya.1.4.3 Kegunaan SosialHasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kepada masyarakat mengenaibagaimana cara mahasiswa yang tergabung dalam ikatan mahasiswa beradaptasi danmenciptakan harmoni sosial dengan host culture.1.5.Kerangka Pemikiran Teoretis1.5.1 State of Art1.5.2 Paradigma InterpretifStudi tentang mahasiswa yang tergabung sebagai anggota ikatan mahasiswa berbasis etnisitasdalam menciptakan harmoni sosial dengan host culture, secara teoritik didekati denganmerujuk pada gagasan genre interpretif, yaitu pemikiran – pemikiran teoritik ( komunikasi )yang berusaha menemukan makna dari suatu tindakan dan teks ( Littlejohn, 1999 : 15 )1.5.3 Pendekatan FenomenologiMenurut Littlejohn ( dalam Rahardjo, 2005 : 44 ), sejalan dengan genre interpretatif yangdigunakan sebagai basis berpikir dalam penelitian ini, maka gagasan teoritik yang memilikiketerkaitan dengan genre interpretatif adalah fenomenologi.1.5.4 Teori Manajemen Ketidakpastian ( Uncertainty ) dan Kecemasan ( Anxiety )1.5.5 Teori Interaksi Adapatasi1.6 Operasionalisasi Konsep1.7 Metoda Penelitian1.7.1 Desain PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor ( 1975 :2 ) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan datadeskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapatdiamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan inidvidu tersebut secara holistik ( utuh ).1.7.2 Situs PenelitianLokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah lingkungan tempat berkumpulnyaikatan mahasiswa berbasis etnisitas yang ada di Yogyakarta.1.7.3 Subjek PenelitianSubjek penelitian adalah mahasiswa – mahasiswa perantauan di Yogyakarta yang tergabungdalam ikatan mahasiswa berbasis etnisitas seperti BAMANA ( Barisan Mahasiswa Kaimana ),FORMASY ( Forum Mahasiswa Sula Yogyakarta ) dan Forum Keluarga Mahasiswa NTT –Bersatu Yogyakarta serta host culture yang merupakan warga yang berasal dari Yogyakarta yangpernah berinteraksi langsung dengan mahasiswa perantauan yangtergabung dalam ikatanmahasiswa berbasis etnisitas.1.7.4 Sumber DataJenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah :1. Data Primer2. Data Sekunder1.7.5 Teknik Pengumpulan DataData dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara mendalam dari subyek penelitian.1.7.6. Analisis dan Interpretasi DataBAB IIDESKRIPSI TEKSTURAL DAN STRUKTURALADAPTASI BUDAYA DAN HARMONI SOSIAL2.1 Deskripsi Tekstural Individu ( Mahasiswa Perantauan )2.1.1 Informan 12.1.1.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.1.2 Interaksi Antarbudaya2.1.1.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.1.2 Informan 22.1.2.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.2.2 Interaksi Antarbudaya2.1.2.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.1.3 Informan 32.1.3.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.3.2 Interaksi Antarbudaya2.1.3.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.1.4 Informan 42.1.4.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.4.2 Interaksi Antarbudaya2.1.4.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.1.5 Informan 52.1.5.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.5.2 Interaksi Antarbudaya2.1.5.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.1.6 Informan 62.1.6.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.1.6.2 Interaksi Antarbudaya2.1.6.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.2 Deskripsi Tekstural Individu ( Host Culture )2.2.1 Informan 12.2.1.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.2.1.2 Interaksi Antarbudaya2.2.1.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.2.2 Informan 22.2.2.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.2.2.2 Interaksi Antarbudaya2.2.2.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.2.3 Informan 32.2.3.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.2.3.2 Interaksi Antarbudaya2.2.3.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3 Deskripsi Struktural Individu ( Mahasiswa Perantauan )2.3.1 Informan 12.3.1.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.1.2 Interaksi Antarbudaya2.3.1.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3.2 Informan 22.3.2.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.2.2 Interaksi Antarbudaya2.3.2.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3.3 Informan 32.3.3.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.3.2 Interaksi Antarbudaya2.3.3.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3.4 Informan 42.3.4.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.4.2 Interaksi Antarbudaya2.3.4.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3.5 Informan 52.3.5.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.5.2 Interaksi Antarbudaya2.3.5.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.3.6 Informan 62.3.6.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.3.6.2 Interaksi Antarbudaya2.3.6.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.4 Deskripsi Struktural Individu ( Host Culture )2.4.1 Informan 12.4.1.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.4.1.2 Interaksi Antarbudaya2.4.1.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.4.2 Informan 22.4.2.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.4.2.2 Interaksi Antarbudaya2.4.2.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.4.3 Informan 32.4.3.1 Proses Adaptasi Antarbudaya2.4.3.2 Interaksi Antarbudaya2.2.3.3 Kendala saat Berinteraksi serta Cara Mengatasinya2.5 Deskripsi Tekstural Gabungan ( Mahasiswa Perantauan )2.6 Deskripsi Tekstural Gabungan ( Host Culture )BAB IIISINTESIS MAKNA TEKSTURAL DAN STRUKTURAL3.1 Proses Adaptasi AntarbudayaSebagai pendatang di Yogyakarta, informan ( mahasiswa perantauan ) mengalami perbedaanbudaya. Perbedaan budaya yang dapat mereka rasakan secara jelas adalah bahasa, cara berbicara,kebiasaan dan cita rasa makanan. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang selalu digunakanoleh masyarakat Yogyakarta dalam kesehariannya, terutama bagi warga Yogyakarta yang sudahberusia lanjut, mereka sudah terbiasa menggunakan bahasa Jawa dibanding bahasa Indonesia.Informan ( mahasiswa perantauan ) perlu beradaptasi terhadap penggunaan bahasa Jawa olehhost culture.Informan ( mahasiswa perantauan ) juga perlu beradaptasi dengan kebiasaan host culture.Informan ( mahasiswa perantauan ) perlu memahami kebiasaan host culture seperti menyapadengan anggukan sambil tersenyum yang diikuti dengan sapaan monggo atau bahasa tubuhmenyilakan masuk menggunakan tangan ketika mempersilakan seseorang masuk terlebih dahuluyang terkadang juga diikuti dengan kata monggo. Kebiasaan host culture seperti itu merupakanbentuk dari komunikasi non verbal.Proses adaptasi informan 1, 2, 3 dan 6 ( mahasiswa perantauan ) terhadap cita rasamakanan di Yogyakarta cukup lama. Pada awal proses adaptasi, mereka makan hanya untukmemenuhi kebutuhan Perut yang lapar tanpa mempedulikan rasa yang menurut mereka tidakenak. Bahkan menurut informan 2 dan 6 ( mahasiswa perantauan ) benar – benar menganggapmakanan di Yogyakarta “ tidak bisa dimakan “, sehingga selama proses adaptasi, mereka hanyamemakan makanan instan saja.Ellingsworth ( dalam Liliweri, 2001:63 ) mengemukakan bahwa setiap individudianugerahi kemampuan untuk beradaptasi antarpribadi. Oleh karena itu maka setiap individumemiliki kemampuan untuk menyaring manakah perilaku yang harus atau yang tidak harusdilakukan. Adaptasi nilai dan norma antarpribadi termasuk antarbudaya sangat ditentukan olehdua faktor, yakni pilihan untuk mengadaptasi nilai dan norma yang fungsional atau mendukunghubungan antarpribadi. Atau nilai dan norma yang disfungsional atau tidak mendukunghubungan antarpribadi.3.2 Interaksi AntarbudayaInforman ( mahasiswa perantauan ) dapat mempelajari hal – hal yang perlu diadaptasi ketikamereka berinteraksi dengan host culture. Interaksi informan ( mahasiswa perantauan ) denganhost culture banyak terjalin dalam kegiatan ruang publik seperti di kampus, organisasi, gereja,dan lingkungan tempat tinggal. Kampus, organisasi, gereja dan lingkungan tempat tinggalmerupakan wadah bagi informan ( mahasiswa perantauan ) serta host culture untuk dapat salingbertatap muka dan mengenal satu sama lain lebih dekat, sehingga proses adaptasi dapat terjalindiantara mereka.Cara untuk memahami penyesuaian antar budaya adalah dengan bersikap sesuai denganpergaulan dan efektif antar individu dalam host culture. Dalam pandangan ini, stranger telahmenyesuaikan diri saat mereka telah belajar untuk berinteraksi secara efektif dengan host culturedan perilaku mereka sesuai dengan host culture. ( Furnham and Bochner; Grove and Torbiorn;Torbiorn dalam Gudykunst 2005:424 ).3.3 Kendala ketika Berinteraksi serta Cara MengatasinyaPerbedaan bahasa membuat sebagian besar informan ( mahasiswa perantauan ) mengalamiketidakpastian ( uncertainty ) dan kecemasan ( anxiety ). Ketidakpastian ( uncertainty ) dankecemasan ( anxiety ) merupakan salah satu kendala mahasiswa perantauan saat berinteraksidengan host culture.Jika informan 1 ( host culture ) mengalami kendala dalam pemahaman bahasa olehmahasiswa perantauan, bagi informan 2 dan 3 ( host culture ) kendala yang dirasakan selamaberinteraksi dengan mahasiswa perantauan adalah karakteristik masing – masing individu.Setiap mahasiswa perantauan memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga perlu adanyapemahaman karakteristik dari masing – masing individu agar dapat terjalin komunikasi yangefektif.Ketika kedua informan yaitu informan mahasiswa perantauan dengan informan hostculture dapat melakukan adaptasi dan meminimalisir hambatan komunikasi yang terjadi,makan informan mahasiswa perantauan dan informan host culture memiliki kompetensikomunikasi.BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanPenelitian ini merupakan studi yang mengkaji mengenai pengalaman proses adaptasi mahasiswaperantauan yang tergabung dalam ikatan mahasiswa berbasis etnisitas dengan host culture untukmenciptakan harmoni sosial di Yogyakarta. Penelitian ini didasarkan pada fenomena adanyaikatan mahasiswa berbasis etnisitas dalam menciptakan harmoni sosial. Sebagai kaum minoritasdi sebuah kota perantauan, informan ( mahasiswa perantauan ) diharapkan dapat beradaptasi danberinteraksi dengan host culture.Cara beradaptasi informan ( mahasiswa perantauan ) dapat dilakukan saat berinteraksidengan host culture. Interaksi dengan host culture dapat terjadi saat informan ( mahasiswaperantauan ) melakukan suatu kegiatan secara bersama – sama. Dari proses interaksi tersebut,informan ( mahasiswa perantauan ) dapat mempelajari budaya di daerah perantauannya.Dalam beradaptasi dengan perbedaan budaya, individu informan ( mahasiswa perantauan) menghadapi kendala bahasa. Namun, mereka dapat mengatasinya dengan bertanya kepadalawan bicara maupun orang lain yang lebih fasih berbahasa daerah. Selain bertanya, informan (mahasiswa perantauan ) juga dapat mengatasi kendala bahasa dengan cara memperhatikan danmempelajari bahasa non verbal dari lawan bicara. Setelah bertanya maupun mempelajari bahasanon verbal, informan ( mahasiswa perantauan ) memiliki pengetahuan baru mengenai budaya didaerah perantauannya. Pengetahuan barunya itu dapat meminimalisir rasa ketidakpastian dankecemasan saat berinteraksi dengan host culture yang lain.Meskipun informan ( host culture ) masih memiliki stereotipe terhadap informan (mahasiswa perantauan ), namun host culture dapat menerima keberadaan mereka selama merekadapat menjalin hubungan yang baik dengan host culture.Sedangkan informan ( mahasiswa perantauan ) yang menerima perlakuan kurangmenyenangkan yang disebabkan oleh stereotipe host culture bersikap mindful. Informan (mahasiswa perantauan ) memahami stereotipe tersebut sebagai pengetahuan agar dapatmengantisipasi perilaku host culture yang lainnya.Ketika kedua informan yaitu informan mahasiswa perantauan dengan informan hostculture dapat melakukan adaptasi dan meminimalisir hambatan komunikasi yang terjadi, makaninforman mahasiswa perantauan dan informan host culture memiliki kompetensi komunikasi.Tiga komponen kompetensi komunikasi tersebut adalah motivasi, pengetahuan, keterampilan.Sikap mindful informan ( mahasiswa perantauan ), penerimaan dari informan ( hostculture ) serta kompetensi yang dimiliki informan ( mahasiswa perantauan ) dan informan ( hostculture ) dapat menciptakan harmoni sosial di tengah – tengah keberagaman budaya yang ada diYogyakarta.DAFTAR PUSTAKABogdan, Robert C. And Steven J. Taylor. Introduction to Qualitative Research Methods: A.Phenoinenological Approach in The Social Sciences. 1975. John Wiley and Sons – alihbahasa Arief F. Surabaya: Usaha Nasional.Gudykunst, William. Theorizing About Intercultural Communication. 2005. California: SagePublication, Inc.Littlejohn, Stephen W. Theories of Human Communication ( Sixth Edition ). 1999. Belmont,California: Wadsworth Publishing Company.Liliweri, Alo. Gatra – gatra Komunikasi Antarbudaya. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Rahardjo, Turnomo. Menghargai Perbedaan Kultural: Mindfulness dalam KomunikasiAntaretnis. 2005. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
机译:文化适应与社会和谐(日惹基于族裔的学生协会的文化适应案例)摘要海外学生是文化背景与原籍地区不同的地区的移民。在新地区时,海外学生通常会加入基于种族的学生协会。这个基于种族的学生协会旨在吓overseas海外学生。但是,基于种族的学生关系似乎是排他性的,封闭的,并且不想与基于种族的学生关系之外的文化进行互动。排他性和封闭性印象很容易与主办文化冲突。这项研究的目的是找出如何适应以族裔学生联系的成员的海外学生,海外学生面临的障碍,同时如何适应和理解接纳文化对海外学生的少数民族文化的接受。为了解决这个问题和研究目标,我们采用了现象学分析方法,以解释性范式进行了研究,本研究使用的理论是焦虑/不确定性管理理论(Gudykunst,William:2005),交互适应理论(Gudykunst,William:2005)。研究对象是六个海外学生,他们是三个基于种族的学生协会的成员和三个寄宿文化学生。该研究的地点位于日惹,研究结果表明,海外学生必须适应日惹的文化,例如语言,习俗和饮食口味。海外学生将使用三种策略来适应语言,即主动,被动和互动策略。同时,为了适应日惹的传统习俗,海外学生会在与寄宿文化互动时学习。在适应食物口味的同时,留学生倾向于选择适合自己口味的食物。即使他们是基于种族的学生的成员,他们也可以与寄宿文化保持良好关系。从具有寄宿文化的海外学生开展的活动中可以看出这一点。另一方面,东道国文化对海外留学生仍然持消极看法,即使这样,只要能够与日惹人民保持良好的关系,东道国文化就可以接受外国留学生的存在。当海外学生和东道国文化适应时,他们最终具有沟通能力。留学生之间的心态态度,对寄主文化的接受以及两者之间的沟通能力可以在存在的各种文化中创造社会和谐。具有学术意义的研究可以增加人们对跨文化交流过程的了解,尤其是来自Gudykunst的焦虑/不确定性管理理论。有意识的跨文化交往的理论范围需要扩大,以包括可能影响建立有意识的交往情境的教育水平的关键词:文化适应,种族,社会和谐文化适应与社会和谐(日惹基于民族的学生纽带的文化适应案例)是在原地区具有不同文化背景的地区的新移民,当移民学生在新地区时,他们会基于种族加入学生担保。这种基于种族的学生纽带的目的是将他们团结在一起。但是,基于道德的学生纽带是排他性的,封闭的,并且不想与基于种族的学生群体以外的文化互动。这种独特而封闭的印象容易与寄宿文化冲突。本研究的目的是了解如何适应以种族为基础加入学生纽带的移民学生,适应移民学生的障碍以及了解宿主文化对移民学生的接受\ u27少数民族文化。试图通过解释范式并使用现象学分析方法来回答问题和目标。本研究的理论是焦虑/不确定性管理理论(Gudykunst,William:2005),交互适应理论(Gudykunst,William:2005)。本研究的主题是六名以种族为基础的移民学生和三名寄宿文化的学生。这项研究位于日惹,研究结果表明,该留学生必须适应日惹的文化,例如语言,习俗和食物口味。流动学生将使用三种策略进行调整,例如主动,被动和互动策略。在适应习俗的同时,学习移民学生与所在国文化互动的地方。同时适应食物的味道,移民学生倾向于选择适合自己口味的食物。当移民学生加入基于种族的学生联系时,他们可以与寄宿文化保持良好关系。这可以从具有寄宿文化的外来学生开展的活动中看出。另一方面,寄宿文化仍然对移民学生产生负面影响。然而,在与日惹人民保持良好关系的过程中,寄宿文化可以接受移民学生的存在。当外来务工人员的学生与寄宿文化相互适应时,他们便具有沟通能力。移民学生的正念态度,主人文化的接纳以及移民学生与主人文化之间的沟通能力可以在文化多样性中创造社会和谐。学术暗示可以增加人们对跨文化互动过程的了解,尤其是来自Gudykunst的焦虑/不确定性管理理论。有意识的跨文化交流的理论范围需要扩大,以包括可能影响正念的交流情况的教育程度的因素。关键词:文化适应,种族,社会和谐Adaptasi Budaya dan Harmoni Sosial(Kasus Adaptasi Budaya IkatanMahasiswa Berbasis Etnisitas di Yogyakarta)SkripsiDisusun memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas DiponegoroPenyusunNama:Fitria Purnama SariNIM:D2C 009 067JURUSAN ILMU KOMUNIKASULKAMUKA IMUSITAKITAS MIMU SOSIAL Latar BelakangSebagai mahasiswa yang menuntut ilmu di daerah dengan latar budaya baru,yang kemudianakan disebut sebagai mahasiswa perantauan,mereka akan merasa asing ketika berada di daerahserbut,terutama daerah ahanayanyabeda dianadanadalianabeda alanaaalial dari bahasa dan logat yangdigunakan berbeda dengan寄主文化。Sebagaimahasiswa perantauan,mereka harus beradaptasi dengan lingkungan barumereka。 Bentuk Adaptasi para mahasiswa perantauan dengan宿主培养物dapat berupa Adaptasidengan bahasa,adat istiadat,norma,kepercayaan bahkan makanan。 Bagaimana paramahasiswa perantauan ini dapat beradaptasi sangat mempengaruhi hubungan dengan hostganed kedepannya.Mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta atau mahasiswa perantauan ini biasanyaakan membentuk satu paguyuban berdasarkan kesamaan tan。 Ikatan mahasiswa berbasis etnisitas ini bertujuan untukmempersatukan mereka selama mereka berada di Yogyakarta。 Tidak mau berinteraksi dengan budaya di luarpaguyuban memiliki arti yaitu budaya yang ada dalam ikatan mahasiswa berbasis etnisitastersebut tidak bisa melebur menjadi satu dengan budgan sekitar yang berbeda sehingga tidakdapat menayaargai perbed Selain itu,ikatanmahasiswa berbasis etnisitas ini dapat menimbulkan solidaritas sempit antar anggotanya.Hal itu juga berbeda dengan semboyan bangsa印度尼西亚“ Bhinneka Tunggal Ika” yangmemiliki arti“ Jubeda – Beda tetapi tetap”。 Berbeda –印度尼西亚阳beragam namun tetap harmonis demi terciptanya persatuandan kesatuan bangsa。 Harmoni sosial dapat tercipta apabila budaya yang beragam tersebut dapatmelebur menjadi satu dan kelompok antar etnis yang mengusung setiap budaya dapat salingmenghargai tanpa ada pengkotak – kotakan budaya.1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam。 Bagaimanakah cara beradaptasi mahasiswa yang tergabung dalam ikatan mahasiswaberbasis etnisitas dengan寄主文化?2。 Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh mahasiswa yang tergabung dalam ikatanmahasiswa berbasis etnisitas selama beradaptasi dengan寄主文化? Bagaimanakah penerimaan寄主文化dengan budaya minoritas,dalam hal iniadalah budaya dari ikatan mahasiswa berbasis etnisitas?1.3 Tujuan PenelitianDari penjelasan – penjelasan di atas peneliti di sini berusaha untuk:1。 Memahami cara beradaptasi mahasiswa yang tergabung dalam ikatan mahasiswaberbasis etnisitas dengan寄主培养2。 Memahami kendala yang dihadapi oleh mahasiswa yang tergabung dalam ikatanmahasiswa berbasis etnisitas selama beradaptasi dengan寄主文化3。 Memahami penerimaan寄主文化dengan budaya minoritas1.4的研究意义1.4.4理论用途这项研究在理论上或学术上有望为当前的跨文化适应做出贡献,以了解基于种族的学生群体之间的现象,尤其是在日惹的东爪哇以外的种族在与宿主适应的背景下文化1.4.2实际用途鉴于印度尼西亚具有文化多样性,人们有望通过实际研究使诸如日惹卡塔尔爪哇以外的基于种族的学生协会这样的社区能够创造社会和谐。 1.5。理论思维框架1.5.5现有技术1.5对于以族裔为基础的学生成员而言,他们与寄主文化建立了社会和谐关系,从理论上讲,它是通过解释性体裁思想来实现的,即试图找到行为和文本含义的理论思想(交流)(Littlejohn,1999:15)1.5.3方法现象学据Littlejohn(在Rahardjo,2005:44)中,与本研究中用作思考基础的解释体裁一致,与解释体裁相关的理论观念是现象学1.5.4不确定性管理和焦虑理论1.5。 5适应相互作用理论1.6概念的操作化1.7研究方法1.7.1研究设计本研究是定性的描述性研究。根据Bogdan和Taylor(1975:2)的定义,定性方法论是一种研究程序,可以产生描述性数据,形式是从人们的书面或口头表达的单词以及可以观察到的行为。这种方法是针对这种背景和整体的(完整的)个人1.7.2研究地点该地点是日惹基于种族的学生协会的聚集地1.7.3研究对象研究对象是日惹的海外学生纳入基于族裔的学生关系中,例如BAMANA(Kaimana Student Barre),FORMASY(苏拉日惹学生论坛)和NTT学生家庭论坛-团结日惹和东道国文化,他们是日惹公民,他们从未与基于族裔学生关系成员的海外学生直接互动。1.7.4数据来源本研究的数据类型和来源是:1。主要数据2。二级数据1.7.5数据收集技术本研究中的数据是通过对研究对象的深入访谈而获得的1.7.6。数据的分析和解释第1章文化和社会和谐的纹理描述和结构结构适应2.1个人(海外学生)的纹理描述2.1.1知情者12.1.1.1跨文化适应过程2.1.1.2跨文化相互作用2.1.1.3交互时的约束以及如何克服他们2.1.1.2 22.1.2.1跨文化适应过程2.1.2.2跨文化互动2.1.2.3相互作用时的障碍及其克服方式2.1.1知情者32.1.3.1跨文化适应过程2.1.3.2跨文化相互作用2.1.3.3相互作用时的约束及其克服方式2.1.1知人42.1.4.1跨文化适应过程2.1.4.2跨文化相互作用2.1.4.3相互作用时的约束及其克服方式2.1.1知情者52.1.5.1跨文化适应过程2.1.5.2跨文化相互作用2.1.5.3相互作用时的约束及其克服方式2.1.1通报者62.1.6.1跨文化适应过程2.1.6.2跨文化互动2.1.6.3交互时的约束及其克服方法2.2技术说明讲故事的个体(主持人文化)2.2.1知情者12.2.1.1跨文化适应过程2.2.1.2跨文化互动2.2.1.3交互时的约束及其克服方式2.2.2知情者22.2.2.1跨文化适应过程2.2.2.2跨文化交互2.2.2。 3互动时的障碍及其克服方式2.2.3交流者32.2.3.1跨文化适应过程2.2.3.2跨文化互动2.2.3.3互动时的障碍及其克服方式2.3.3个人(海外学生)的结构描述2.3.1交流者12.3.1.1适应过程跨文化交流2.3.1.2跨文化交流2.3.1.3互动时的障碍及其克服方法2.3.3.2知情者22.3.2.1适应过程跨文化交流2.3.2.2跨文化互动2.3.2.3互动时的障碍及其克服方法2.3.3.3交流者32.3.3.1适应过程跨文化交流2.3.3.2跨文化交流2.3.3.3互动时的约束以及如何克服它们2.3.4知情者42.3.4.1跨文化适应过程2.3.4.2跨文化交流2.3.4.3互动时的约束及其克服方法2.3.3知情者52.3.5.1跨文化适应过程2.3.3.2跨文化互动2.3.3.3互动时的约束及其克服方法2.3.3.6知情者62.3.6.1跨文化适应过程2.3.3.6.2跨文化相互作用2.3.6.3互动时的约束及其克服方法。2.4个人的结构性描述(宿主文化)2.4.1信息人12.4.1.1跨文化的适应过程2.4.1.2跨文化的互动2.4.1.3交互时的约束以及如何克服它们2.4.2信息人22.4.2.1跨文化的适应过程2.4.1.2跨文化的相互作用.4.2.2跨文化互动2.4.2.3互动时的障碍及其克服方式2.4.3知情者32.4.3.1跨文化适应过程2.4.3.2跨文化互动2.2.3.3互动时的障碍及其克服方式2.5结合的文字说明(海外学生) 2.6组合纹理的描述(宿主文化)第二章结构和结构含义的合成3.1跨文化适应过程作为日惹的移民,线人(海外学生)会经历文化差异。他们可以清楚地感受到的文化差异是语言,说话方式,习惯和食物味道。日惹人经常在日常生活中使用爪哇语,特别是对于日惹的老年人,他们习惯于使用爪哇语而不是印度尼西亚语。信息(海外学生)需要适应东道国文化对爪哇语的使用。消息人士(海外学生)需要了解主持人的文化习惯,例如将点头和微笑相结合,然后问候蒙古语或肢体语言,在邀请某人先进入时欢迎用手进入,有时也跟着蒙古语一词。这种寄宿文化的习惯是非语言交流的一种形式,要使日惹,乌拉卡南的知情者1、2、3和6(海外学生)适应适应过程很长。在适应过程开始时,他们吃东西只是为了满足肚子饿的需要,而不考虑他们觉得不舒服的味道。实际上,根据线人2和6(海外学生)的说法,日惹的食物确实是“不可食用的”,因此,在适应过程中,他们只吃速食。Ellingsworth(在Liliweri),2001:63)认为每个人都有适应人际关系的能力。因此,每个人都有能力过滤出应该或不应该执行的行为。人际价值和规范的适应性(包括跨文化性)在很大程度上取决于两个因素,即适应功能性价值和规范的选择或支持人际关系的选择。或者是功能失调或不支持人际关系的价值观和准则.3.2跨文化互动信息(海外学生)可以学习与东道国文化互动时需要适应的事物。在校园,组织,教堂和社区等公共空间活动中,信息提供者(海外学生)与东道国文化的互动广泛交织。校园,组织,教堂和社区是告密者(海外学生)和文化交流者的交流之地,他们能够面对面地相互了解并更加紧密地了解彼此,因此适应过程可以在他们之间发生。在寄主文化中的个人之间有效。按照这种观点,陌生人会在学习如何与寄主文化以及他们根据寄主文化进行有效互动时进行自我调整。 (Furnham和Bochner; Grove和Torbiorn; Torbiorn在Gudykunst,2005:424).3.3互动时的约束以及如何克服语言差异使大多数信息提供者(海外学生)感到不确定和焦虑。不确定性(焦虑)和焦虑(焦虑)是留学生与东道国文化互动的障碍之一,如果线人1(东道国文化)遇到海外学生理解语言的障碍,对于线人2和3(东道国文化)在与海外学生互动时会受到限制。是每个人的特征。每个留学生都有不同的特征,因此有必要了解每个人的特征,以便建立有效的交流。当两个信息提供者,即具有寄养文化信息的留学生提供信息者可以适应并最大程度地减少交流障碍时,第四章结语4.1.1结论这项研究是考察学生关系中学生适应过程的经验的研究。以东道国文化为基础的种族,在日惹创造社会和谐。这项研究基于基于种族的学生参与创造社会和谐的现象。作为海外城市中的少数群体,线人(海外学生)应该能够适应并与东道国文化互动,而与线人文化互动时可以做到如何适应线人(海外学生)。当信息提供者(学生观察者)一起进行一项活动时,便会与寄主文化进行互动。通过这种互动过程,线人(海外学生)可以学习其海外地区的文化,为了适应文化差异,个别线人(海外学生)面临语言障碍。但是,他们可以通过询问演讲和其他使用当地语言的人来克服这一问题。除了询问问题之外,举报人(海外学生)还可以通过注意并从对话者那里学习非语言语言来克服语言障碍。在询问问题并学习了口头话题之后,线人(海外学生)对其海外地区的文化有了新的认识。他的新知识可以使与其他寄宿文化的互动时的不确定感和焦虑感降到最低。尽管举报人(寄宿文化)仍然具有对举报人(海外学生)的刻板印象,但只要可以与寄主文化建立良好的关系,寄宿文化就可以接受他们的存在。因主持人文化的刻板印象而引起的较不愉快的待遇的线人(海外学生)要留心。线人(海外学生)将刻板印象理解为知识,以便能够预测另一种寄主文化的行为。当两名线人(即留学生与线人文化的线人)能够适应并最大程度地减少交流障碍时,则留学生和线人文化的信息就具有交流能力。沟通能力的组成部分是动力,知识,技能举报人(海外学生)的正念态度,信息提供者(寄主文化)的接受以及信息提供者(海外学生)和信息提供者(寄主文化)的能力可以在日惹存在的文化多样性中建立社会和谐。定性研究方法简介:A.社会科学中的现象学方法。 1975年,约翰·威利父子(John Wiley and Sons)-泗水(Arief F. Surabaya):国家企业的翻译,威廉·古迪昆斯特(Gudykunst)。关于跨文化传播的理论化。 2005年。加利福尼亚:Sage出版公司。Littlejohn,Stephen W.人类传播理论(第六版)。 1999年,加利福尼亚州贝尔蒙特:沃兹沃思出版公司,阿罗州利尔韦里。 gatra-gatra跨文化交流。 2001.日惹:学生图书馆,Turomo的Rahardjo。尊重文化差异:民族交往中的正念。 2005.日惹:学生图书馆

著录项

相似文献

  • 外文文献
  • 中文文献

客服邮箱:kefu@zhangqiaokeyan.com

京公网安备:11010802029741号 ICP备案号:京ICP备15016152号-6 六维联合信息科技 (北京) 有限公司©版权所有
  • 客服微信

  • 服务号